Kadangkala amarah itu benar, kadangkala amarah adalah kejujuran hati, dimana kata kata yang mungkin sangaaaat lama tertahan terlontar tanpa sengaja, menjelaskan semuanya, kadangkala juga amarah adalah emosi sesaat tak terkuasai.

Paling tidak aku jadi lebih tau, Paling tidak aku mengenali siapa aku ? Paling tidak aku sadar diri, aku bukan siapa siapa, bukan pula orang penting, orang yang dibutuhkan, ya begitulah...Aku malu, aku sadar diri, aku hanya sebagian makhluk kecil yang menari-nari pada cakrawala biru, mencoba menghiasi samudranya, membawa aku tinggi hati menjadikan aku lupa diri, dengan ini aku maluuu, aku maluuuu.

Andai kata semua makhluk hidup dapat menerawang, menjelajahi isi hati sesama makhluknya, akan lebih sangat mudah mengerti segalanya, mengenali satu sama lain, tanpa berkata-kata tanpa bersuara, tanpa bersusah payah menjelaskan. Ini akan sangaaaat mudah dipahami.

Aku tertunduk lesuh, aku lupa diri, lupa menghela nafas untuk memalingkan rasa, baiknya aku tahan saja rasa.
Dalam baris kata aku coba membungkus pilu, Dalam relung yang bukan siapa siapa berhimpit himpitan rasa suka duka, kadangkala terbawa suasana diam diam aku merindukan sesosok wanita, iya wanita itu...Namun rindu ini selalu tak pernah sampai pada tuannya, ntah mengapa yang ada malah semakin jauh semakiiin jauh untuk diraih, aku menyerah, aku diam, aku mengeluhkan segalanya. pada sisa lamunan yang ada aku teruuus sangat berharap ada temu untuk rinduku ini.

Katanya: sebelum kau membenci tawanya, lihatlah dulu seberapa peeerih tangisnya!


Post a Comment